Sejarah
Huruf dan Tulisan pada Alquran
Menurut riwayat, tulisan ayat-ayat Alquran sejak dimasa Nabi
Muhammad sehingga ayat-ayat itu dihimpun dan dibukukan menjadi sebuah mushaf
sebagaimana tersebut di atas, adalah ditulis dengan tulisan bahasa Arab yang
disebut Kuffi, yakni asal dari nama kota Al Kufah.
Islam dan Alquran tersiar disegenap negara-negara Arab dan
sekelilingnya yang dialek bahasa Arabnya ditiap-tiap negara agak berlainan.
Oleh sebab itu, untuk memelihara kebaikan bacaannya dari segala kekeliruan dan
untuk menjaga kebenaran artinya dari segala macam kesalahan, maka dirasa perlu
tulisan dari huruf-huruf Alquran itu diberi nuqthah dan i’rab. Nuqthah atau
syakal adalah pemberian tanda-tanda yang menunjukan harakat huruf-huruf. Para
ulama menyebut hal ini dengan nuqthah sebab pada awal bentuknya masih seperti
titik yang diletakkan di bawah, di tengah, atau di kanan huruf. I’rab adalah
perubahan akhir kalimat dalam bahasa Arab karena perbedaan a’mil yang
memasukinya baik secara lafadz maupun secara perkiraan.
Pada masa Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan tahun 40-60 H, oleh
Imam Abdul Aswad Ad Da’uli direncanakan tanda-tanda harakah atau baris bagi huruf-huruf
Alquran. Tetapi barisnya masih berupa titik yang ditulis merah.
Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Mawan tahun 65-86 H, dengan
perantara raja Hajjaj bin Yusuf, diperintahkan pula supaya masing-masing huruf
Alquran yang serupa diberi tanda secukupnya. Umpamanya huruf “ba, ta, tsa.”
Maka oleh Syekh Nashar bin Aashim dan Syekh Yahya bin Ya’mar direncanakan tanda-tanda
untuk membedakan satu persatunya huruf dari ayat-ayat Alquran.
Pada tahun 162 H Imam Kalil bin Ahmad direncankan pula tanda yang
lebih terang agar tak salah dalm hal panjang pendek. Yakni, oleh beliau
diadakan lagi tanda baris (harakah), tanda yang harus dibaca panjang (maddah),
tanda harus dibaca tebal/keras (syiddah), tanda harus dibaca mati (sukun) dan
demikian seterusnya, sebagaimana tanda yang terpakai hingga sekarang.
Adapun tulisan ayat-ayat Alquran yang ada sekarang ini, bukan lagi
tulisan Kufi. Karena tulisan yang model Kufi itu dari satu masa ke masa yang
lain telah diperbagus dan diperbaiki, sehingga di masa seorang wazir dari
pemerintahan Abbasiyah, ialah Al Wasir ibnu Muqlah di Baghdad pada tahun 272 H
beliau inilah yang mengatur dan membentuk tulisan ayat-ayat Alquran seperti
yang ada sekarang ini.
Tentang membagi Alquran menjadi 30 juz dan pada tiap-tiap juz
diadakan tanda nishfu (separuh) dan pada tiap-tiap nishfu diadakan tanda rubu’
(seperempat), itu adalah inisiatif dari Gubernur Hajjaj bin Yusuf tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar